Selasa, 25 Oktober 2016

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS TANAH DAN JARINGAN TANAMAN JERUK MATA KULIYAH TEKNIK ANALISIS TANAH DAN TANAMAN



LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS TANAH DAN JARINGAN TANAMAN JERUK
MATA KULIYAH TEKNIK ANALISIS TANAH DAN TANAMAN


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1.      RENA                                         C1011131121
2.      EVA KRISNAWATI                C1011131118
3.      ADRIANUS SEPOEL              C1011131133
4.      PUTRA DIANGGA SINAGA     C1011131110
5.      LILI                                            C1011131061
6.      HARIYANTO                           C1011131152
7.      IRWAN ASHARI                     C1011131097
8.      PETRUS RIKI PURNOMO    C1011131145




PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015

 

HALAMAN PENGESAHAN


Laporan Praktikum Teknik Analisis Tanah dan Tanaman dengan judul “Analisis Tanah Aluvial dan jaringan Tanaman Jeruk Nipis” dikumpulkan :
Hari/tanggal:
Pukul:



Rena
C1011131121






Eva Krisnawati
C1011131118
Adrianus Sepoel
C1011131133
Putra Diangga Sinaga
C101131110



Lili
C1011131061

Hariyanto
C1011131152



Irwan Ashari
C1011131097
Petrus Riki Purnomo
C1011131145

Mengetahui,
Koordinator Lab. TATT



KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada waktunya.  Laporan praktikum yang berjudul “Analisis Tanah dan Tanaman” ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam komponen nilai mata kuliyah Teknik Analisis Tanah dan Tanaman. Penulis haturkan terima kasih kepada Pak Jamli dan Pak Lili yang telah memberikan arahan penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Laboran, teman dan sahabat serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini.
            Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan selanjutnya.  Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Pontianak, 21 Desember 2015
                                                                                          Penulis
                                                                                                           
                                                                                                                  Kelompok 4
                                                                                         









DAFTAR ISI


                                                                                                                                                           

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Rekomendasi pemupukan adalah suatu  rancangan yang meliputi jenis dan takaran pupuk untuk tanaman pada areal tertentu. Menurut Abdulrahman, Suhartatik, Kasno dan Setyorini (2008) banyak manfaat dan dampak penerapan pemupukan spesifik lokasi antara lain : (1) pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai maka pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi dan pendapatan petani meningkat, (2) pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga dan produksi tanaman lestari atau berkelanjutan, (3) mengurangi biaya pembelian pupuk.
Dasar dalam menentukan kebutuhan pupuk adalah analisis kandungan hara dalam tanah dan analisis kandungan hara dalam tanaman. Dari hasil kedua analisis tersebut barulah kita dapat merekomendasikan pupuk dengan harapan nantinya tanaman akan berproduksi maksimal.
Tanah   merupakan   salah   satu komponen lahan yang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah selain berfungsi sebagai tempat/media tumbuh tanaman, menahan dan menyediakan air bagi tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, iklim, bahan induk, topografi/relief,  organisme  dan  waktu. Perbedaan pengaruh dari berbagai faktor pembentuk tanah tersebut akan menghasilkan karakteristik tanah baik karakteristik fisik, kimia maupun biologi yang pada akhirnya berpengaruh  terhadap  kesuburan  tanah bersangkutan. Untuk menentukan tingkat kesuburan tanah pada suatu wilayah, maka perlu kiranya untuk dilakukan analisis tanah, sehingga kita bisa menyesuaikan komoditas yang akan ditanam pada tanah tersebut.
Analisis jaringan tanaman lebih praktis dilakukan untuk mengetahui status hara pada tanaman, karena status hara pada jaringan tanaman juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah (Liferdi et al. 2008).). Jaringan tanaman yang biasa digunakan untuk analisis hara adalah daun. Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling aktif dari tanaman.  Dari hasil analisis daun akan dapat diperoleh petunjuk secara kuantitatif unsur hara yang diserap oleh tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan dan pupuk yang ditambahkan. Hara yang ada pada daun tidak hanya berperan dalam fotosintesis tetapi juga menggambarkan status hara aktual dalam tanaman. Selain itu daun merupakan jaringan yang selalu tersedia untuk di analisis. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) dalam Hermanto, dkk. 2011. , ada beberapa tujuan analisis jaringan daun antara lain: (1) mendiagnosis atau memperkuat diagnosis gejala yang terlihat, (2) mengidentifikasi gejala yang terselubung, (3) mengetahui kekurangan hara sedini mungkin (4) sebagai alat bantu dalam menentukan rekomendasi pupuk.
Dalam pengambilan sampel daun tanaman umur daun sangat penting diperhatikan, karena perubahan fungsi daun sebagai sink dan source. Daun – daun muda berfungsi sebagai sink,  sehingga harus mengimpor hara – hara mineral dan fotosintat dari organ lain, yang berfungsi sebagai source  untuk pertumbuhan dan perkembangan  dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya daun – daun dewasa berfungsi sebagai source, sehingga dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan mengekspor hara – hara mineral dan fotosintat ke organ – organ lain yang membutuhkan (sink)  (Liferdi et al. 2006 dalam Liferdi, 2009).
Kandungan hara didalam daun tanaman dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, terutama iklim mikro dan faktor endogen tanaman (Goldschmedt dan Golomb 1982 dalam Liferdi, 2009).

                                                    

I.2. Rumusan Masalah

1.      Bagaimanakah cara analisis tanah dan tanaman?
2.      Berapakah kadar hara N, P dan K yang tersedia bagi tanaman untuk melengkapi siklus hidup nya?

I.3. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:
1.      Untuk mengetahui cara analisis tanah dan jaringan tanaman jeruk
2.      Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah, mengetahui kadar hara N, P, K pada tanaman jeruk dan membuat rekomendasi pemupukan.

 

 

 

 

 



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

 

II. 1. Tanah Aluvial

Tanah alluvial atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun kanan-kiri aliran sungai besar. Profilnya biasanya belum jelas. Pada umumnya banyak mengandung pasir dan liat. Tidak banyak mengandung zat-zat unsur hara. Kesuburannya sedang hingga tinggi. Diseluruh Indonesia tanah-tanah ini merupakan tanah pertanian yang baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan musiman hingga tahunan (Rismunandar, 1993).
Tanah endapan Aluvial atau Coluvial mudah atau agak mudah dengan atau tanpa perkembangan profil lemah. Sifat tanah Aluvial sangat beragam tergantung sifat bahan asal yang diendapkan. Penyebarannya tidak dipengaruhi ketinggian maupun iklim (Hardjowigeno, 1993).
Tanah Aluvial berkembang pada Aluvium dengan permulaan yang baru mempunyai profil yang berkembang sangat lemah. Pada kebanyakan tanah Aluvial perubahan warna dari horizon A ke C sulit dilihat atau tidak ada. Sebagian besar tanah ini adalah tanah kebanyakan sifatnya diturunkan, darimana bahan-bahan yang diangkut dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan Aluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar, dekat aliran air dan bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Secara mineralogi, tanah-tanah ini berkaitan  dengan tanah yang bertindak sebagai sumber untuk Aluvium. Endapan-endapan aluvial baik yang diendapkan oleh sungai maupun diendapkan oleh laut, pada umumnya mempunyai susunan mineral seperti daerah diatasnya darimana bahan-bahan bersangkutan diangkut dan diendapkan (Foth, 1994).
Tanah alluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir atau endapan marine akibat adanya pasang surut air laut, sehingga dapat dianggap masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan alluvial yang sudah tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk Inceptisol, mungkin lebih berkembang. Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Aluvial ialah bahwa sebagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut. (Darmawijaya, 1990).
Tanah alluvial terdiri dari endapan-endapan tebaru atau baru dari bahan alluvial yang disebabkan karena masih mudanya belum menunjukkan adanya perubahan-perubahan atau belum mengalami perkembangan profil (Druif, 1969).

II. 2. Tanaman Jeruk

Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan dipanen lebih dari satu kali. Spiegel-Roy dan Goldschmidt mengatakan bahwa China dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Tanaman jeruk yang khas cocok untuk dikembangkan di daerah tropis dan sub tropis sehingga mendorong usaha pengembangan tanaman ini dan juga areal tanamnya (AAK, 1994).
Menurut AAK (1994) klasifikasi botani tanaman jeruk adalah :
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Rutales
Keluarga: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: Citrus sp.
Jeruk dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-400 mdpl. Keadaan iklim yang baik bagi tanaman jeruk adalah pada kisaran suhu udara 25 °C - 30 °C atau rata-rata 20 °C, curah hujan tidak lebih dari 100 mm/bulan atau 1200 mm/tahun, kelembaban udara 50 % - 85% dengan minimal 3 bulan kering. Jeruk harus ditanam di tempat terbuka atau mendapat cukup sinar matahari, dan apabila ditanam di dataran tinggi dapat menyebabkan kulit menjadi tebal dan rasa jeruk menjadi pahit. Keadaan tanah yang baik untuk ditanami jeruk adalah tanah yang gembur, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, memiliki aerasi dan drainase yang baik, dengan nilai kemasaman (pH) 6-7.
Jeruk mempunyai pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan agak berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok, lima mahkota bunga (kadang-kadang empat) berwarna putih atau kuning pucat, (stamen) banyak, seringkali sangat harum. Buah bertipe "buah jeruk" (hesperidium), semacam buah buni, membulat atau seperti tabung, ukuran bervariasi dengan diameter 2-30cm tergantung jenisnya; kulit buah biasanya berdaging dengan minyak atsiri yang banyak. Hama yang sering menyerang tanaman jeruk adalah kutu daun, ulat Pappilio memnon, Philocnitis, sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah embun tepung, embun jelaga, virus keriting.
Banyak anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian, maupun industri. Buah jeruk adalah sumber vitamin C dan wewangian/parfum penting. Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah.
Buah dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap atau komponen kue/puding. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan beberapa terpenoid. "Daging buah" mengandung banyak asam sitrat (harafiah: "asam jeruk") yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi segar.

II. 3. Unsur Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian- bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanamannya.
Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
2) Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau   (pada daun muda berwarna kuning).
3) Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.
4) Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan.
5) Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.
Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium), akan tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi amonium.
Defisiensi N biasanya diketahui pertama melalui warna hijau pucat atau hijau ke kuning-kuningan, terutama pada rumput-rumputan, dan nekrotis prematur dari daun daun yang telah tua mulai dari pucuk dan menyebar sepanjang tulang daun ke arah leher batang dan tepi daun. Asosiasi dengan pewarnaan hijau ini berkemungkinan disebabkan oleh kenyataan bahwa N, bersama-sama dengan Mg, merupakan satu dari dua anasir penyusun klorofil yang berasal dari tanah (C33H72O5N4Mg). Cukupnya N untuk tanaman mendorong pertumbuhan vegetatif bagian di atas tanah, meningkatkan rasio pucuk/akar, dan esensial untuk pembentukan buah dan biji. Sebagai suatu anasir esensial asam-asam amino, N dibutuhkan dalam sintesis protein, merupakan 12 sampai 19% dari berbagai protein dengan rata-rata sekitar 16% atas dasar berat (O.P. Engelstad, 1997). Karena pembentukan biji tergantung pada kadar kritik tertentu dari protein, produksi biji secara nyata berhubungan dengan pasokan N, terutama pada tanaman-tanaman serealia. Berlimpahnya N dalam medium pertumbuhan juga tercermin dalam kadar protein kasar dari biji dan dalam hijauan. Di antara unsur-unsur mineral esensial untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman-tanaman hijau tingkat tinggi, terdapat lebih banyak atom (sekitar tiga kali lipat) N dalam bahan organik kering dari pada tiap unsur lainnya yang berasal dari tanah (tidak dari air atau atmosfer). Berdasarkan massa, N dalam bahan tanaman sering dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak dari pada masing-masing unsur yang lainnya. Walaupun konsentrasi K berkemungkinan lebih tinggi dalam sebagian bahan tanaman, N melebihi jumlah total semua unsur mineral esensial lainnya yang berasal dari tanah dalam biji tanaman pertanian yang umum dibudidayakan. Dengan mengingat berlimpahnya N dalam tanaman, peranan sentralnya dalam fungsi tanaman dan reaktivitasnya dalam biosfer, tidaklah mengherankan jika unsur ini merupakan yang paling universal kahat untuk produksi tanaman yang optimum.(O.P. Engelstad, 1997).

II. 4. Unsur Fospor

Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4-, dan HPO4.
Secara umum, fungsi dari fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
1) Dapat mempercepat pertubuhan akar.
2) Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa.
3) Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.
4) Dapat meningkatkan produksi biji-bijian.
Fosfor didalam tanah dapat digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu bentuk organis dan bentuk anorganis. Di dalam tanah fungsi P terhadap tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organis. Dan sebaliknya hanya sebagian kecil saja yang terdapat dalam bentuk anorganis sebagai ion-ion fosfat. Fungsi fosfat dalam tanaman adalah dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan produk biji-bijian dan dapat memperkuat tubuh tanaman padi-padian sehingga tidak mudah rebah. Bagian-bagian tubuh tanaman yang bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai-tangkai sari, kepala-kepala sari, butir-butir tepung sari, daun buah seta bakal biji ternyata mengandung P. Jadi, unsur P banyak diperlukan untuk pembentukan bunga dan buah. Defisiensi unsur hara ini akan menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang, seperti misalnya pada tanaman serelia (padi-padian, rumput-rumputan penghasil biji yang dapat dimakan, jewawut, gandum, jagung), daun-daunnya berwarna hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Tangkai-tangkai daun kelihatan lancip-lancip. Pembentukan buah jelek, sehingga dapat merugikan.

II. 5. Unsur Kalium

Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium. Zat kalium mempunyai sifat mudah larut dan hanyut, selain itu mudah difiksasi dalam tanah. Zat Kalium yang tidak diberika secara cukup, maka efisiensi N dan P akan rendah, dengan demikian maka produksi yang tinggi tidak dapat diharapkan.
Kalium berperan membantu :                               
1) Pembentukan protein dan karbohidrat.
2) Mengeraskan jerami dan bagian kayu dari tanaman.
3) Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit.
4) Meningkatkan kualitas biji/buah.
Defisiensi gejala yang terdapat pada daun, pada awalnya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujungdan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula diantara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor, berwarna coklat, dan jatuh kemudian mengering dan mati. Gejala yang terdapat pada batang yaitu batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil. Gejala yang tampak pada buah, misalnya buah kelapa dan jeruk yaitu buahnya banyak yang berjatuhan sebelum masak, sedang masak buahnya berlangsung lambat. Bagi tanaman yang berumbi yang mengalami defisiensi K hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah.

II.6. Analisis Tanah Dan JaringanTanaman

Analisa Tanah
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan  Contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
 Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Secara umum, contoh diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman dilpangan. Untuk tanah yang digunakan secara intensif, contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam 1 tahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan diambil setiap 5 tahun sekali.
Analisa Jaringan Tanaman
Analisis  tanaman untuk mendiagnosa dan memantau status hara tanaman sangat di tentukan oleh pengumpulan, penanganan, dan analisis bagian tanaman tanaman. cara serta langkah yang tepat dalam melakukan dalam melakukan hal-hal di atas akan menghindarkan dari hasil serta interpretasi yang salah dan tidak dapat dipercaya. Tujuan dan metode analisis tanaman. Berikut akan dijelaskan mengenai tiga jenis analisis tanaman;
1.      Analisis diagnostik, analisis ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terganggunya aktivitas tubuh tanaman. selain itu juga untuk mengkonfirmasi hasil hasil diagnose yang didapat dari analisis tanah dan gejalan yang ditunjukkan oleh tanaman.
2.      Monitoring, analisis dilakukan untuk menilai kecukupan dari pemupukan serta pengaruh dari pengelolaan yang dilakuan. Analisi ini dapat digunakan untuk menghubungkan status hara tanaman pada tahun-tahun berikutnya dan menentukan jumlah pemupukan yang dapat diberikan berdasarkan trend komposisi kimia tanaman.
3.       Uji prediksi atau Prognostig, dapat dilakukan digan tiga cara.
 a. Analis dari sampel dilakukan selama masa awal pertumbuhan tanaman sebelum masa dewasa (pertumbuhan optimal) tercapai.
b.  Analisi buah yang dapat dilakukan untuk memperkirakan perlakuan yang perlu dilakukan pada saat penyimpanan.
c.  Analisis benih atau biji yang digunakan untuk meramalkan kekurangan yang masih dapat di toleril pada masa tanaman selanjutnya.
Semua bentuk analisis di atas akan menunjukkan potensi kekurangan hara yang tidak dapat ditunjukkan secara jelas oleh gejala kekurangan yang ditunjukkan oelh tanaman
.





BAB III. METODE PRAKTIKUM

 

III. 1. Tempat dan Waktu Praktikum

A.    Tempat pengambilan sampel daun jeruk dilaksanakan di belakang Fakultas Pertanian Untan  dan untuk analisi jaringan tanaman dilaksanakan di Lab Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.

B.     Waktu Praktikum, Selasa 17 November-8 Desember  2015 pukul 10.05 WIB.

III. 2. Bahan dan Alat Praktikum

               Bahan :

·         Daun Jeruk
·         Amplop
·         Plastik
·         Hasil Abu Daun Jeruk 1 gram dan 0,25 gram
·         Aquades
·         Amonium Poliktad Fenadat
·         Larutan HCl ± 20 ml
·         NaOH 40%
·         H2SO4
·         H3BO3
·         Batu didih



Alat :              

·         Gunting
·         Mesin Penggiling/ Penghalus
·         Timbangan Analitik 

·         Tabung Reaksi dan raknya         
·         Hot Plate
·         Pipet Hisap
·         Saringan Kertas
·         Gelas beaker
·         Pengocok
·         Corong
·         Shaker
·         Spctrofotometer
·         Kupet

·         Labu Ukur
·         Flame Fotometer
·         Cawan Porslen
·         Gelas Ukur
·         Labu Kjeldahl
·         Erlenmeye


III. 3. Prosedur Kerja

Pengambilan contoh
1.      Daun yang diambil sebagai sampel adalah daun dewasa pada cabang dimana pada bagian ujungnya terdapat putik (buah muda)
2.      Setelah diambil, daun dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan dengan tisu kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang sudah dilubangi
3.      Masukkan amplop ke dalam oven selama 24 jam pada suhu 70oC.
4.      Setelah 24 jam, sampel daun dikeluarkan dari amplop dan digiling dengan mesin penggiling hingga halus.
5.      Masukkan sampel daun jeruk yang sudah digiling ke dalam plastik bening serta diberi label.
6.      Timbang 1 gr sampel dan masukkan ke dalam cawan porselen dan ditanur untuk analisis P dan K dan timbang 0,25 gr sampel untuk analisis N.
Analisis P dan K
1.      Pindahkan sampel dari yang sudah ditanur pada suhu ke dalam gelas beaker
2.      Tambahkan larutan HCl sebanyak ± 20 ml, kemudian dipanaskan dalam hot plate
3.      Larutan yang telah dipanaskan disaring menggunakan kertas saring dan corong plastic kedalam labu ukur hingga batas 50ml.
4.      Siapkan 2 tabung reaksi beserta raknya masing-masing untuk analisis p dan k
5.      Untuk P masukkan 1 ml sampel + 4ml H2O + 5ml ammonium poliktad fenadat ke dalam tabung reaksi
6.      Untuk K masukkan 1 ml sampel + 9ml H2O ke dalam tabung reaksi
7.      Kocok kedua tabung reaksi tersebut menggunakan pengocok agar larutan homogen
8.      Pipet larutan P ke dalam kupet dan masukkan dalam  spectrofotometer
9.      Untuk K, masukkan tabung reaksi ke dalam  flame fotometer
Analisis N
1.      Pipet 10 ml ekstrak contoh ke dalam labu kjeldahl.
2.      Tambahkan batu didih, 100 ml H2O, 2 tetes  indikator (Conway) dan 15 ml NaOH 40%.
3.      Siapkan Erlenmeyer dan masukkan 10 ml H3BO3 dan 3 tetes indikator untuk menampung destilat
4.      Lakukan destilasi sampai volume erlemayer mencapai 50 ml dan larutan berwarna biru muda.
5.      Destilat di titrasi dengan H2SO4 sehingga larutan berubah menjadi warna merah muda.
6.      Catat volume titar contoh yang didapatkan.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

 

IV. 1. Hasil

Hasil Analisis Tanah
Parameter analisis
Nilai
kriteria
pH H2O
-
4,08
Sangat masam
pH KCl
-
3,91
Masam
C-Organik
(%)
6,33
Sangat tinggi
Nitrogen Total
(%)
0,59
Tinggi
Ekstraksi Bray I


P2O5
(ppm)
43,66
Sangat tinggi
Ekstraksi NH4OAC 1N pH : 7


Kalium
(cmol (+) kg-1)
0,25
Rendah
Natrium
(cmol (+) kg-1)
0,36
Rendah
Kalsium
(cmol (+) kg-1)
3,66
Rendah
Magnesium
(cmol (+) kg-1)
1,69
Sedang
KTK
(cmol (+) kg-1)
27,82
Tinggi
Kejenuhan Basa
(%)
21,42
Rendah
Ekstraksi KCl 1N


Hidrogen
(cmol (+) kg-1)
0,38

Aluminium
(cmol (+) kg-1)
1,20

Tekstur


Pasir
(%)
3,49

Liat berdebu
Debu
(%)
43,68
Liat
(%)
52,83
Bobot isi
(gr/cm3)
1,14

kedalaman
(cm)
20


Perhitungan
Diketahui: luas tanah= 10000m2 ; bobot isi= 1,14 gr/cm3 ; kedalaman= 20 cm
                N total= 0,59% ; P2O5= 43,66 ppm
Ditanya:  berat tanah, N dan P2O5 ?                          
Berat tanah   = luas tanah x bobot isi x kedalaman
                     = 10000 m2 x  x 20 cm
                     =10000 m2 x x 20 cm
                     = 108 x 22,8 gr tanah / ha
                     = 105 x 22,8 kg tanah / ha
N total          = 0,59%
59 kg N        ≈ 10000 kg tanah
N                  ≈ 105 x 22,8 kg tanah
                     =
                 = 13.452 kg N dalam 105 x 22,8 kg tanah
P2O5             = 43,66 ppm
                     =  = 0,004366%
                     = 4366 x 10-6
4366 x 10-6 kg P2O5 ≈ 100 kg tanah
P2O5                         ≈ 105 x 22,8 kg tanah
                                 =
                                 = 9.954,48 kg P2O5 dalam 22,8 kg tanah
Hasil Analisis Tanaman
a. Analisis N
Perhitungan
Diketahui: Volume titar contoh (Vc)= 1,6 ml; Volume blangko= 0; N H2SO4= 0,0821; berat contoh (w) = 250 mg;  FK= 1
Ditanya: N % ?
N %           = (Vc –Vo) x N H2SO4 x 14 x   x 14 x  x FK
                  = 1,6 x 0,0821 x 14 x 5 x  x 1
                  = 3,67808 %

b. Analisis P
Std P
ABS
Cons
0
0
1.392246
10
0.013
8.602538
25
0.042
24.68704
50
0.088
50.20038
100
0.178
100.1178
Slope
0.001803

Intercept
-0.00251

Kel. 4
0.073
41.88081

Perhitungan
Diketahui: cons= 41,88081; vol.ekstrak= 1 ml; berat contoh (w)= 1 gr; FP= 1; FK= 1
Ditanya: P % ?
P (ppm)        = cons x  x FP x FK
                     = 41,88081 x  x 1 x 1
                     = 41,88081 ppm
P %               =  = 0,0041 %

c. Analisis K
Std  K
ABS
Cons
0
0
-0.4355
5
0.22
5.0024
10
0.44
10.4402
15
0.64
15.3837
20
0.83
20.0800
25
1.01
24.5292
Slope
0.040457

Intercept
0.017619

Kel. 4
0.93
22.5518

Perhitungan
Diketahui: cons= 22,5518; vol.ekstrak= 1 ml; berat contoh (w)= 1 gr; FP= 1; FK= 1
Ditanya; K % ?
K (ppm)        = cons x  x FP x FK
                     = 22,5518 x  x 10 x 1
                     = 225,518 ppm
K %              =  = 0,0225 %

 

 

IV. 2. Pembahasan

Analisis tanah
Berdasarkan hasil analisis tanah, menunjukkan bahwa tanah yang ada di sekitar area Fakultas Pertanian di dominasi oleh liat. Tanah yang didominasi oleh liat umumnya sulit menyerap air, teksturnya cenderung lengket saat basah, dan membentuk gumpalan keras saat kering, sehingga kurang cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Jika akan dijadikan lahan pertanian, maka sesuaikan jenis tanaman yang akan di tanam, seperti tanaman tahunan. Selain itu, harus ada penambahan unsur hara dan bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah karena umumnya tanah yang bertekstur liat ini miskin unsur hara.
pH tanah
Keadaan pH tanah di sekitar area Fakultas Pertanian tergolong sangat masam. Keadaan ini disebabkan karena komplek pertukaran pada permukaan  koloid  dan  larutan  tanah didominasi oleh kation asam terutama kation Al+++ sehingga pH tanah rendah. Keadaan ini juga didukung   oleh   hasil   analisis   tanah menunjukkan bahwa kebeadaan Al yang cukup tinggi. Dijelaskan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa pada tanah yang bereaksi masam, Al menjadi sangat larut dan merupakan  penyebab  kemasaman  atau penyumbang ion H+. Ion H+ yang dibebaskan tersebut menyebabkan pH tanah rendah bagi larutan tanah.
Kandungan C Organik
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan C organik tanah tergolong sangat tinggi). Bahan organik tanah adalah seluruh karbon di dalam tanah yang berasal dari sisa tanaman/tumbuhan dan hewan yang telah mati. Kebanyakan sumber bahan organik tanah adalah jaringan tanaman/tumbuhan. Berbeda sumber dan jumlah bahan organik tersebut akan berbeda pula pengaruhnya terhadap bahan organik yang disumbangkan ke dalam tanah.

Kandungan N Total
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan N total tanah tergolong tinggi. Keadaan ini disebabkan karena vegetasi penyumbang bahan organik ke dalam tanah, kaya akan kandungan unsur N, serta suplai bahan organik dari vegetasi yang tumbuh di atas tanah tersebut telah mengalami dekomposisi lanjut. Dikemukakan oleh Nyakpa dkk, (1988) bahwa lapisan olah tanah umumnya mengandung 0,02 – 0,40 % N. Banyaknya kandungan N tanah tersebut tergantung dari keadaan lingkungannya seperti iklim dan macam vegetasi. Vegetasi yang tumbuh diatas tanah dan kecepatan dekomposisinya merupakan faktor penyebab perubahan terhadap kandungan N dalam tanah.

Kandungan P Tersedia
Berdasarkan analisis tanah kandungan p tersedia tergolong sangat tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pada tanah ber pH rendah ketersediaan P rendah karena akan bereaksi dengan Al dan Fe sehinngga membentuk senyawa Al-P dan Fe-P yang relative kurang larut, sehingga P tidak dapat diserap oleh tanaman. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kandungan P pada bahan organik cukup tinggi yang banyak menyumbang dalam ketersediaan P dalam tanah. Pada kondisi P tersedia yang tinggi, tanaman tidak akan mangalami defisiensi unsur hara P sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan baik.

Kation-kation Basa dapat Ditukar
Berdasarkan analisis tanah, menunjukkan bahwa kation basa yang dapat dipertukarkan seperti K, Na dan Ca tergolong rendah, sedangkan Mg tergolong sedang. Keadaan ini disebabkan karena mineral penyusun tanah tersebut  miskin akan kandungan kation-kation basa, disamping itu juga dapat disebabkan karena di daerah Pontianak memiliki curuh hujan yang tinggi, sehingga kation-kation basa tersebut telah mengalami pencucian. Seperti yang dinyatakan oleh Anna Yulius dkk (1985) bahwa pada tanah muda dimana pelapukan belum lanjut dan pencucian relative kecil, maka kation basa seperti Ca dan Mg merupakan kation yang banyak menduduki permukaan koloid, namun apabila pelapukan telah lanjut dan pencucian yang besar karena curah hujan yang tinggi, jumlah kation-kation basa berkurang dan mineral yang mengandung kation-kation basa tersebut akan lenyap karena pencucian. Disamping karena faktor kandungan mineral dan proses pencucian, juga dapat disebabkan karena kation-kation basa tersebut berkurang karena diserap oleh tanaman dan tumbuhan (terangkut panen), dan tidak dilakukan pengembalian kation basa baik melalui pemupukan maupun pengapuran.  

Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa KTK tergolong tinggi. Keadaan ini disebabkan karena partikel penyusun tanah didominasi oleh liat yang memiliki permukaan koloid yang luas, sehingga KTK tanah juga tinggi. Dijelaskan oleh Hakim dkk (1986) bahwa besarnya KTK tanah dipemgaruhi oleh sifat dan ciri tanah tersebut yaitu: pH tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat dan bahan organik.

Kejenuhan Basa (KB)
Berdasarkan hasil analisis tanah, menunjukkan bahwa kejenuhan basa tanah tergolong rendah.
Seperti dikemukakan oleh AnnaYulius dkk. (1985) bahwa kejenuhan basa menggambarkan proporsi nisbi basa dapat dipertukarkan pada koloid tanah. Pada tanah di daerah yang telah mengalami pelapukan lanjut,  sebagian  besar  dari  komplek pertukaran pada permukaan koloid diduduki oleh kation Al. Selanjutnya dinyatakan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa persen KB merupakan perbandingan antara jumlah miliekuivalen   kation   basa   dengan miliekuivalen KTK, bila KB tanah tergolong rendah, maka kation Al merupakan kation yang dominan terjerap pada permukaan koloid.

Analisis Tanaman
Nitrogen pada Daun
Nitrogen merupakan  unsur hara esensial  bagi tanaman yang diserap dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (N03-),  dan sebagian besar diserap  dalam bentuk nitrat (N03-). Nitrat bermuatan  negatif sehingga  selalu  berada  dalam  larutan  tanah  dan  mudah diserap  oleh  tanaman  namun  lebih  mudah  juga  tercuci.  Sebaliknya  amonium bermuatan  positif  sehingga  terikat  oleh  kaloid  tanah,  dan  tidak  mudah tercuci. Amonium baru dapat dimanfaatkan oleh tanaman melalui pertukaran ion
Menurut Rosmarkan dan Yuwono (2002), bagian tanaman yang berwarna hijau mengandung N protein terbanyak dan meliputi 70% - 80% dari N total tanaman. Nitrogen asam nukleat terdapat sekitar 10% dan asam amino terlarut hanya sebanyak 5% dari total dalam tanaman. Berdasarkan uji laboratorium didapatkan N jaringan tanaman sebesar 3,67 %. Nilai tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan kebutuhan N oleh tanaman. Nitrogen dalam jaringan tanaman berperan dalam  pembentukan protein. Pembentukan protein yang baik mengakibatkan klorofil pada tanaman tinggi sehingga laju fotosintesis tanaman meningkat

Fospor pada Daun
Phosphor mempunyai kegunaan yang penting bagi pertumbuhan tanaman karrena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Fospor merupakan unsur hara yang mobil pergerakannya di dalam jaringan tanaman. Unsur P terdapat di seluruh sel hidup tanaman yang menyusun jaringan tanaman seperti asam nukleat, fosfolipida dan fitin. Jaringan tanaman P berperan dalam hampir semua proses reaksi biokimia.
Konsentrasi P dalam tanaman umumnya antara 0,1% sampai 0,4%.  Dari hasil pengamatan didapatkan kandungan P dalam jaringan sebesar 0,0041% dalam hal ini kandungan P jaringan tanaman termasuk kahat atau defisien. Gejala yang timbul akibat kekurangan unsur P adalah hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang. Daun berubah menjadi berwarna hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati. Tangkai-tangkai daun kelihatan lancip-lancip. Pembentukan buah jelek, sehingga dapat mengurangi hasil.  Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur hara melalui pemupukan, agar nantinya tanaman dapat berproduksi tinggi.

Kalium pada Daun
Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Kalium di dalam tanah ada dalam berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk setiap tanaman berbeda-beda. Ion-ion K+ di dalam air tanah dan ion-ion K+ yang di adsorpsi, dapat langsung diserap. Di samping itu tanah mengandung juga persediaan mineral tertentu dalm bentuk berbagai macam silikat, dimana kalium membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim. Persediaan mineral dalam bentuk kalium ini terutama penting bagi tanah liat dari laut yang masih muda. Bertambah banyak persediaan liat di dalam tanah, maka akan lebih banyak pula kalium di bebaskan sebagai akibat dari pengaruh iklim yang diserap oleh tanaman.
Dari hasil pengamatan didapatkan kandungan K jaringan dalam tanaman sebesar 0,02 %.  Dalam hal ini kandungan K dalam tanaman termasuk dalam keadaan defisien atau kekurangan. Hal ini di pengaruhi faktor suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan organik, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industri. Namun, keberadaan K juga dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat unsur tersebut kurang untuk tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan terikat oleh unsur lain yang menyebabkan tanah masam tau tidak dapat diserap oleh akar tanaman (Altieri 2010). Hakim (2006), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.

IV. 3. Penentuan Dosis Pupuk

           
Untuk menentukan dosis pupuk pada tanaman jeruk dapat dihitung berdasarkan bobot tanah.

Nitrogen:
Berdasarkan hasil analisis tanah, N total dalam tanah sudah tinggi yaitu 0,59%, maka penambahan pupuk nitrogen tidak di perlukan lagi.
Fospor:
Berdasarkan hasil analisis tanah, P tersedia dalam tanah sangat tinggi yaitu 43,66 ppm, jadi penambahan pupuk fospor tidak diperlukan lagi.
Kalium:
Berdasarkan hasil analisis tanah, K tertukar dalam tanah rendah yaitu 0,25. Sedangkan standar untuk K adalah 0,3.
K yang perlu ditambahkan = 0,3-0,25 =  0,05 Cmol kg-1
Kadar K yang perlu ditambahkan = 0,05% x berat tanah
                                                      =  x 2.280.000
                                                      = 1.140 kg K
                                                      = 1,14 ton K
Kadar pupuk K pupuk KCl          = 60%
Jadi, kebutuhan pupuk KCl          =  x 1.140 kg/ha
                                                      = 684 kg KCl.



BAB V. PENUTUP

 

V. 1. Kesimpulan

            Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Tingkat kesuburan tanah aluvial berkisar antara sedang sampai tinggi
2.      Berdasarkan hasil analisis tanah dan tanaman pupuk yang perlu ditambahkan adalah KCl sebanyak 684 kg

V. 2. Saran

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya analisis tanah harus dilakukan dari awal sesuai dengan prosedur yang ada supaya mahasiswa lebih mengerti mengenai langkah-langkah dalam melakukan teknik analisis tanah.


DAFTAR PUSTAKA


Hakim, N., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B. Hong., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Unila
http://digilib.unila.ac.id/985/4/BAB%20II.pdf (diakses pada 20 Desember 2015)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26490/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada 20 Desember 2015)
Rosmarkam A,  Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Erlangga.
Rukmana, R.  2005. JERUK BESAR, Potensi dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius.


LAMPIRAN


Dokumentasi Pratikum
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151117_111420.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151117_113131.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151124_100802.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151124_110600.jpg


Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151124_101613.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151208_110819.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151208_103413.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151208_104137.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151208_104251.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151208_105347.jpg


Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151208_104456.jpg
Description: Description: F:\DCIM\IMG_20151208_110752.jpg






Tidak ada komentar:

Posting Komentar