LAPORAN
PRAKTIKUM
ANALISIS
TANAH DAN JARINGAN TANAMAN JERUK
MATA
KULIYAH TEKNIK ANALISIS TANAH DAN TANAMAN
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK
4
1.
RENA C1011131121
2.
EVA
KRISNAWATI C1011131118
3.
ADRIANUS
SEPOEL C1011131133
4.
PUTRA
DIANGGA SINAGA C1011131110
5.
LILI C1011131061
6.
HARIYANTO
C1011131152
7.
IRWAN
ASHARI C1011131097
8.
PETRUS
RIKI PURNOMO C1011131145
PRODI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum
Teknik Analisis Tanah dan Tanaman dengan judul “Analisis Tanah Aluvial dan
jaringan Tanaman Jeruk Nipis” dikumpulkan :
Hari/tanggal:
Pukul:
Rena
C1011131121
|
Eva Krisnawati
C1011131118
|
Adrianus Sepoel
C1011131133
|
Putra Diangga Sinaga
C101131110
|
Lili
C1011131061
|
Hariyanto
C1011131152
|
Irwan Ashari
C1011131097
|
Petrus Riki Purnomo
C1011131145
|
Mengetahui,
Koordinator
Lab. TATT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada
waktunya. Laporan praktikum yang
berjudul “Analisis Tanah dan Tanaman” ini
diajukan sebagai salah satu syarat dalam komponen nilai mata kuliyah Teknik
Analisis Tanah dan Tanaman. Penulis haturkan terima kasih kepada Pak
Jamli dan Pak Lili yang telah memberikan
arahan penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Laboran,
teman dan sahabat serta semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini
masih belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pontianak,
21 Desember 2015
Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan yang meliputi jenis dan takaran
pupuk untuk tanaman pada areal tertentu. Menurut Abdulrahman, Suhartatik, Kasno
dan Setyorini (2008) banyak manfaat dan dampak penerapan pemupukan spesifik lokasi
antara lain : (1) pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu dan jenis pupuk
yang diperlukan sesuai maka pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi dan pendapatan
petani meningkat, (2) pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah
tetap terjaga dan produksi tanaman lestari atau berkelanjutan, (3) mengurangi
biaya pembelian pupuk.
Dasar dalam menentukan kebutuhan pupuk
adalah analisis kandungan hara dalam tanah dan analisis kandungan hara dalam
tanaman. Dari hasil kedua analisis tersebut barulah kita dapat merekomendasikan
pupuk dengan harapan nantinya tanaman akan berproduksi maksimal.
Tanah
merupakan salah satu komponen lahan yang mempunyai peranan
penting terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah selain
berfungsi sebagai tempat/media tumbuh tanaman, menahan dan menyediakan air bagi
tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman
untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti, iklim, bahan induk, topografi/relief, organisme
dan waktu. Perbedaan pengaruh
dari berbagai faktor pembentuk tanah tersebut akan menghasilkan karakteristik tanah baik karakteristik fisik, kimia maupun biologi
yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap kesuburan tanah bersangkutan. Untuk menentukan tingkat
kesuburan tanah pada suatu wilayah, maka perlu kiranya untuk dilakukan analisis
tanah, sehingga kita bisa menyesuaikan komoditas yang akan ditanam pada tanah
tersebut.
Analisis jaringan tanaman lebih praktis
dilakukan untuk mengetahui status hara pada tanaman, karena status hara pada
jaringan tanaman juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini
didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman
merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur
tersebut dari dalam tanah (Liferdi et al. 2008).). Jaringan tanaman yang biasa
digunakan untuk analisis hara adalah daun. Hal ini disebabkan karena daun
merupakan bagian yang paling aktif dari tanaman. Dari hasil analisis daun akan dapat diperoleh
petunjuk secara kuantitatif unsur hara yang diserap oleh tanaman baik yang
berasal dari tanah, air hujan dan pupuk yang ditambahkan. Hara yang ada pada
daun tidak hanya berperan dalam fotosintesis tetapi juga menggambarkan status
hara aktual dalam tanaman. Selain itu daun merupakan jaringan yang selalu tersedia
untuk di analisis. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) dalam Hermanto, dkk.
2011. , ada beberapa tujuan analisis jaringan daun antara lain: (1)
mendiagnosis atau memperkuat diagnosis gejala yang terlihat, (2)
mengidentifikasi gejala yang terselubung, (3) mengetahui kekurangan hara sedini
mungkin (4) sebagai alat bantu dalam menentukan rekomendasi pupuk.
Dalam pengambilan sampel daun tanaman
umur daun sangat penting diperhatikan, karena perubahan fungsi daun sebagai
sink dan source. Daun – daun muda berfungsi sebagai sink, sehingga harus mengimpor hara – hara mineral
dan fotosintat dari organ lain, yang berfungsi sebagai source untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya daun –
daun dewasa berfungsi sebagai source, sehingga dapat memenuhi kebutuhan sendiri
dan mengekspor hara – hara mineral dan fotosintat ke organ – organ lain yang
membutuhkan (sink) (Liferdi et al. 2006
dalam Liferdi, 2009).
Kandungan hara didalam daun tanaman
dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, terutama iklim mikro dan faktor
endogen tanaman (Goldschmedt dan Golomb 1982 dalam Liferdi, 2009).
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
cara analisis tanah dan tanaman?
2.
Berapakah kadar hara N, P dan K yang
tersedia bagi tanaman untuk melengkapi siklus hidup nya?
I.3. Tujuan
Tujuan dari praktikum
ini adalah:
1.
Untuk mengetahui cara analisis tanah dan
jaringan tanaman jeruk
2.
Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah,
mengetahui kadar hara N, P, K pada tanaman jeruk dan membuat rekomendasi
pemupukan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Tanah Aluvial
Tanah
alluvial atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun kanan-kiri aliran sungai besar.
Profilnya biasanya belum jelas. Pada umumnya banyak mengandung pasir dan liat.
Tidak banyak mengandung zat-zat unsur hara. Kesuburannya sedang hingga tinggi.
Diseluruh Indonesia tanah-tanah ini merupakan tanah pertanian yang baik dan
dimanfaatkan untuk tanaman pangan musiman hingga tahunan (Rismunandar, 1993).
Tanah
endapan Aluvial atau Coluvial mudah atau agak mudah dengan atau tanpa
perkembangan profil lemah. Sifat tanah Aluvial sangat beragam tergantung sifat
bahan asal yang diendapkan. Penyebarannya tidak dipengaruhi ketinggian maupun
iklim (Hardjowigeno, 1993).
Tanah
Aluvial berkembang pada Aluvium dengan permulaan yang baru mempunyai profil
yang berkembang sangat lemah. Pada kebanyakan tanah Aluvial perubahan warna
dari horizon A ke C sulit dilihat atau tidak ada. Sebagian besar tanah ini
adalah tanah kebanyakan sifatnya diturunkan, darimana bahan-bahan yang diangkut
dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan Aluvium. Oleh
karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar, dekat aliran air dan
bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Secara
mineralogi, tanah-tanah ini berkaitan
dengan tanah yang bertindak sebagai sumber untuk Aluvium.
Endapan-endapan aluvial baik yang diendapkan oleh sungai maupun diendapkan oleh
laut, pada umumnya mempunyai susunan mineral seperti daerah diatasnya darimana
bahan-bahan bersangkutan diangkut dan diendapkan (Foth, 1994).
Tanah
alluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir atau
endapan marine akibat adanya pasang surut air laut, sehingga dapat dianggap
masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan alluvial yang sudah tua dan
menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk Inceptisol,
mungkin lebih berkembang. Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Aluvial
ialah bahwa sebagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari
sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih
seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut.
(Darmawijaya, 1990).
Tanah
alluvial terdiri dari endapan-endapan tebaru atau baru dari bahan alluvial yang
disebabkan karena masih mudanya belum menunjukkan adanya perubahan-perubahan
atau belum mengalami perkembangan profil (Druif, 1969).
II. 2. Tanaman Jeruk
Jeruk
merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan jenis
tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan dipanen lebih dari satu kali. Spiegel-Roy
dan Goldschmidt mengatakan bahwa China dipercaya sebagai tempat pertama kali
jeruk tumbuh. Tanaman jeruk yang khas cocok untuk dikembangkan di daerah tropis
dan sub tropis sehingga mendorong usaha pengembangan tanaman ini dan juga areal
tanamnya (AAK, 1994).
Menurut
AAK (1994) klasifikasi botani tanaman jeruk adalah :
Divisi:
Spermatophyta
Sub
divisi: Angiospermae
Kelas:
Dicotyledonae
Ordo:
Rutales
Keluarga:
Rutaceae
Genus:
Citrus
Spesies:
Citrus sp.
Jeruk
dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-400 mdpl. Keadaan iklim yang baik
bagi tanaman jeruk adalah pada kisaran suhu udara 25 °C - 30 °C atau rata-rata
20 °C, curah hujan tidak lebih dari 100 mm/bulan atau 1200 mm/tahun, kelembaban
udara 50 % - 85% dengan minimal 3 bulan kering. Jeruk harus ditanam di tempat
terbuka atau mendapat cukup sinar matahari, dan apabila ditanam di dataran
tinggi dapat menyebabkan kulit menjadi tebal dan rasa jeruk menjadi pahit.
Keadaan tanah yang baik untuk ditanami jeruk adalah tanah yang gembur, memiliki
kandungan bahan organik yang tinggi, memiliki aerasi dan drainase yang baik,
dengan nilai kemasaman (pH) 6-7.
Jeruk
mempunyai pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang
atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi
rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan agak berminyak. Bunga tunggal atau
dalam kelompok, lima mahkota bunga (kadang-kadang empat) berwarna putih atau
kuning pucat, (stamen) banyak, seringkali sangat harum. Buah bertipe "buah
jeruk" (hesperidium), semacam buah buni, membulat atau seperti tabung,
ukuran bervariasi dengan diameter 2-30cm tergantung jenisnya; kulit buah
biasanya berdaging dengan minyak atsiri yang banyak. Hama yang sering menyerang
tanaman jeruk adalah kutu daun, ulat Pappilio memnon, Philocnitis, sedangkan
penyakit yang sering menyerang adalah embun tepung, embun jelaga, virus
keriting.
Banyak
anggota jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pangan, wewangian,
maupun industri. Buah jeruk adalah sumber vitamin C dan wewangian/parfum
penting. Daunnya juga digunakan sebagai rempah-rempah.
Buah
dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap atau komponen kue/puding. Aroma
yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan beberapa terpenoid. "Daging
buah" mengandung banyak asam sitrat (harafiah: "asam jeruk")
yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi segar.
II. 3. Unsur Nitrogen
Nitrogen
merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat
diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian- bagian vegetatif tanaman
seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat
pembungaan dan pembuahan pada tanamannya.
Fungsi nitrogen bagi
tanaman adalah sebagai berikut :
1) Untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
2)
Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih
hijau (pada daun muda berwarna kuning).
3) Meningkatkan kadar
protein dalam tubuh tanaman.
4) Meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan.
5) Meningkatkan
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.
Nitrogen
diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium), akan
tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi amonium.
Defisiensi
N biasanya diketahui pertama melalui warna hijau pucat atau hijau ke
kuning-kuningan, terutama pada rumput-rumputan, dan nekrotis prematur dari daun
daun yang telah tua mulai dari pucuk dan menyebar sepanjang tulang daun ke arah
leher batang dan tepi daun. Asosiasi dengan pewarnaan hijau ini berkemungkinan disebabkan
oleh kenyataan bahwa N, bersama-sama dengan Mg, merupakan satu dari dua anasir
penyusun klorofil yang berasal dari tanah (C33H72O5N4Mg).
Cukupnya N untuk tanaman mendorong pertumbuhan vegetatif bagian di atas tanah,
meningkatkan rasio pucuk/akar, dan esensial untuk pembentukan buah dan biji.
Sebagai suatu anasir esensial asam-asam amino, N dibutuhkan dalam sintesis
protein, merupakan 12 sampai 19% dari berbagai protein dengan rata-rata sekitar
16% atas dasar berat (O.P. Engelstad, 1997). Karena pembentukan biji tergantung
pada kadar kritik tertentu dari protein, produksi biji secara nyata berhubungan
dengan pasokan N, terutama pada tanaman-tanaman serealia. Berlimpahnya N dalam
medium pertumbuhan juga tercermin dalam kadar protein kasar dari biji dan dalam
hijauan. Di antara unsur-unsur mineral esensial untuk pertumbuhan dan
reproduksi tanaman-tanaman hijau tingkat tinggi, terdapat lebih banyak atom (sekitar
tiga kali lipat) N dalam bahan organik kering dari pada tiap unsur lainnya yang
berasal dari tanah (tidak dari air atau atmosfer). Berdasarkan massa, N dalam
bahan tanaman sering dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak dari pada masing-masing
unsur yang lainnya. Walaupun konsentrasi K berkemungkinan lebih tinggi dalam sebagian
bahan tanaman, N melebihi jumlah total semua unsur mineral esensial lainnya
yang berasal dari tanah dalam biji tanaman pertanian yang umum dibudidayakan. Dengan
mengingat berlimpahnya N dalam tanaman, peranan sentralnya dalam fungsi tanaman
dan reaktivitasnya dalam biosfer, tidaklah mengherankan jika unsur ini
merupakan yang paling universal kahat untuk produksi tanaman yang optimum.(O.P.
Engelstad, 1997).
II. 4. Unsur Fospor
Fosfor
diambil tanaman dalam bentuk H2PO4-, dan HPO4.
Secara umum, fungsi dari
fosfor (P) dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
1) Dapat mempercepat
pertubuhan akar.
2) Dapat mempercepat
serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa.
3) Dapat mempercepat
pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.
4) Dapat meningkatkan
produksi biji-bijian.
Fosfor didalam tanah
dapat digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu bentuk organis dan bentuk anorganis. Di
dalam tanah fungsi P terhadap tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat
dalam senyawa-senyawa organis. Dan sebaliknya hanya sebagian kecil saja yang terdapat
dalam bentuk anorganis sebagai ion-ion fosfat. Fungsi fosfat dalam tanaman
adalah dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, mempercepat pertumbuhan
tanaman, meningkatkan produk biji-bijian dan dapat memperkuat tubuh tanaman
padi-padian sehingga tidak mudah rebah. Bagian-bagian tubuh tanaman yang
bersangkutan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga,
tangkai-tangkai sari, kepala-kepala sari, butir-butir tepung sari, daun buah
seta bakal biji ternyata mengandung P. Jadi, unsur P banyak diperlukan untuk
pembentukan bunga dan buah. Defisiensi unsur hara ini akan menimbulkan hambatan
pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, batang, seperti misalnya pada tanaman
serelia (padi-padian, rumput-rumputan penghasil biji yang dapat dimakan,
jewawut, gandum, jagung), daun-daunnya berwarna hijau tua/keabu-abuan,
mengkilap, sering pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya
mati. Tangkai-tangkai daun kelihatan lancip-lancip. Pembentukan buah jelek, sehingga
dapat merugikan.
II. 5. Unsur Kalium
Kalium
diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Kalium banyak terdapat
pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti
sel tidak mengandung kalium. Zat kalium mempunyai sifat mudah larut dan hanyut,
selain itu mudah difiksasi dalam tanah. Zat Kalium yang tidak diberika secara
cukup, maka efisiensi N dan P akan rendah, dengan demikian maka produksi yang
tinggi tidak dapat diharapkan.
Kalium
berperan membantu :
1) Pembentukan protein
dan karbohidrat.
2) Mengeraskan jerami
dan bagian kayu dari tanaman.
3) Meningkatkan resistensi
tanaman terhadap penyakit.
4) Meningkatkan
kualitas biji/buah.
Defisiensi gejala yang
terdapat pada daun, pada awalnya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang
mengkilap, selanjutnya sejak ujungdan tepi daun tampak menguning, warna seperti
ini tampak pula diantara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak
bercak-bercak kotor, berwarna coklat, dan jatuh kemudian mengering dan mati.
Gejala yang terdapat pada batang yaitu batangnya lemah dan pendek-pendek,
sehingga tanaman tampak kerdil. Gejala yang tampak pada buah, misalnya buah
kelapa dan jeruk yaitu buahnya banyak yang berjatuhan sebelum masak, sedang
masak buahnya berlangsung lambat. Bagi tanaman yang berumbi yang mengalami
defisiensi K hasil umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian
rendah.
II.6. Analisis Tanah Dan JaringanTanaman
Analisa Tanah
Pengambilan
contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis
kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara,
menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan
pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji
tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang
dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu
pengambilan Contoh tanah merupakan
tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak
perlu menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari
setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan
kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu
keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada
lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Secara
umum, contoh diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman dilpangan.
Untuk tanah yang digunakan secara intensif, contoh tanah diambil paling sedikit
sekali dalam 1 tahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh
tanah disarankan diambil setiap 5 tahun sekali.
Analisa Jaringan
Tanaman
Analisis tanaman untuk mendiagnosa dan memantau status
hara tanaman sangat di tentukan oleh pengumpulan, penanganan, dan analisis
bagian tanaman tanaman. cara serta langkah yang tepat dalam melakukan dalam
melakukan hal-hal di atas akan menghindarkan dari hasil serta interpretasi yang
salah dan tidak dapat dipercaya. Tujuan dan metode analisis tanaman. Berikut
akan dijelaskan mengenai tiga jenis analisis tanaman;
1.
Analisis diagnostik, analisis ini dilakukan untuk mengetahui
penyebab terganggunya aktivitas tubuh tanaman. selain itu juga untuk
mengkonfirmasi hasil hasil diagnose yang didapat dari analisis tanah dan
gejalan yang ditunjukkan oleh tanaman.
2.
Monitoring, analisis dilakukan untuk
menilai kecukupan dari pemupukan serta pengaruh dari pengelolaan yang dilakuan.
Analisi ini dapat digunakan untuk menghubungkan status hara tanaman pada
tahun-tahun berikutnya dan menentukan jumlah pemupukan yang dapat diberikan
berdasarkan trend komposisi kimia tanaman.
3.
Uji
prediksi atau Prognostig, dapat dilakukan digan tiga cara.
a. Analis dari sampel dilakukan selama masa awal pertumbuhan tanaman sebelum masa dewasa (pertumbuhan optimal) tercapai.
b. Analisi buah yang dapat dilakukan untuk memperkirakan perlakuan yang perlu dilakukan pada saat penyimpanan.
c. Analisis benih atau biji yang digunakan untuk meramalkan kekurangan yang masih dapat di toleril pada masa tanaman selanjutnya.
Semua bentuk analisis di atas akan menunjukkan potensi kekurangan hara yang tidak dapat ditunjukkan secara jelas oleh gejala kekurangan yang ditunjukkan oelh tanaman.
a. Analis dari sampel dilakukan selama masa awal pertumbuhan tanaman sebelum masa dewasa (pertumbuhan optimal) tercapai.
b. Analisi buah yang dapat dilakukan untuk memperkirakan perlakuan yang perlu dilakukan pada saat penyimpanan.
c. Analisis benih atau biji yang digunakan untuk meramalkan kekurangan yang masih dapat di toleril pada masa tanaman selanjutnya.
Semua bentuk analisis di atas akan menunjukkan potensi kekurangan hara yang tidak dapat ditunjukkan secara jelas oleh gejala kekurangan yang ditunjukkan oelh tanaman.
BAB III. METODE PRAKTIKUM
III. 1. Tempat dan Waktu Praktikum
A. Tempat
pengambilan sampel daun jeruk dilaksanakan di belakang Fakultas Pertanian
Untan dan untuk analisi jaringan tanaman
dilaksanakan di Lab Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
B. Waktu
Praktikum, Selasa 17 November-8 Desember
2015 pukul 10.05 WIB.
III. 2. Bahan dan Alat Praktikum
Bahan :
·
Daun Jeruk
·
Amplop
·
Plastik
·
Hasil Abu Daun Jeruk 1 gram dan 0,25
gram
·
Aquades
·
Amonium Poliktad Fenadat
·
Larutan HCl ± 20 ml
·
NaOH 40%
·
H2SO4
·
H3BO3
·
Batu didih
Alat
:
·
Gunting
·
Mesin Penggiling/ Penghalus
·
Timbangan Analitik
·
Tabung Reaksi dan raknya
·
Hot Plate
·
Pipet Hisap
·
Saringan Kertas
·
Gelas beaker
·
Pengocok
·
Corong
·
Shaker
·
Spctrofotometer
·
Kupet
·
Labu Ukur
·
Flame Fotometer
·
Cawan Porslen
·
Gelas Ukur
·
Labu Kjeldahl
·
Erlenmeye
III. 3. Prosedur Kerja
Pengambilan contoh
1. Daun
yang diambil sebagai sampel adalah daun dewasa pada cabang dimana pada bagian
ujungnya terdapat putik (buah muda)
2. Setelah
diambil, daun dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan dengan tisu kemudian
dimasukkan ke dalam amplop yang sudah dilubangi
3. Masukkan
amplop ke dalam oven selama 24 jam pada suhu 70oC.
4. Setelah
24 jam, sampel daun dikeluarkan dari amplop dan digiling dengan mesin
penggiling hingga halus.
5. Masukkan
sampel daun jeruk yang sudah digiling ke dalam plastik bening serta diberi
label.
6. Timbang
1 gr sampel dan masukkan ke dalam cawan porselen dan ditanur untuk analisis P
dan K dan timbang 0,25 gr sampel untuk analisis N.
Analisis
P dan K
1. Pindahkan
sampel dari yang sudah ditanur pada suhu ke dalam gelas beaker
2. Tambahkan
larutan HCl sebanyak ± 20 ml, kemudian dipanaskan dalam hot plate
3. Larutan
yang telah dipanaskan disaring menggunakan kertas saring dan corong plastic kedalam
labu ukur hingga batas 50ml.
4. Siapkan
2 tabung reaksi beserta raknya masing-masing untuk analisis p dan k
5. Untuk
P masukkan 1 ml sampel + 4ml H2O + 5ml ammonium poliktad fenadat ke
dalam tabung reaksi
6. Untuk
K masukkan 1 ml sampel + 9ml H2O ke dalam tabung reaksi
7. Kocok
kedua tabung reaksi tersebut menggunakan pengocok agar larutan homogen
8. Pipet
larutan P ke dalam kupet dan masukkan dalam
spectrofotometer
9. Untuk
K, masukkan tabung reaksi ke dalam flame
fotometer
Analisis
N
1. Pipet
10 ml ekstrak contoh ke dalam labu kjeldahl.
2. Tambahkan
batu didih, 100 ml H2O, 2 tetes indikator
(Conway) dan 15 ml NaOH 40%.
3. Siapkan
Erlenmeyer dan masukkan 10 ml H3BO3 dan 3 tetes indikator untuk menampung
destilat
4. Lakukan
destilasi sampai volume erlemayer mencapai 50 ml dan larutan berwarna biru
muda.
5. Destilat
di titrasi dengan H2SO4 sehingga larutan berubah menjadi
warna merah muda.
6. Catat
volume titar contoh yang didapatkan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. 1. Hasil
Hasil
Analisis Tanah
Parameter analisis
|
Nilai
|
kriteria
|
|
pH
H2O
|
-
|
4,08
|
Sangat
masam
|
pH
KCl
|
-
|
3,91
|
Masam
|
C-Organik
|
(%)
|
6,33
|
Sangat
tinggi
|
Nitrogen
Total
|
(%)
|
0,59
|
Tinggi
|
Ekstraksi
Bray I
|
|
|
|
P2O5
|
(ppm)
|
43,66
|
Sangat
tinggi
|
Ekstraksi
NH4OAC 1N pH : 7
|
|
|
|
Kalium
|
(cmol
(+) kg-1)
|
0,25
|
Rendah
|
Natrium
|
(cmol
(+) kg-1)
|
0,36
|
Rendah
|
Kalsium
|
(cmol
(+) kg-1)
|
3,66
|
Rendah
|
Magnesium
|
(cmol
(+) kg-1)
|
1,69
|
Sedang
|
KTK
|
(cmol
(+) kg-1)
|
27,82
|
Tinggi
|
Kejenuhan
Basa
|
(%)
|
21,42
|
Rendah
|
Ekstraksi
KCl 1N
|
|
|
|
Hidrogen
|
(cmol
(+) kg-1)
|
0,38
|
|
Aluminium
|
(cmol
(+) kg-1)
|
1,20
|
|
Tekstur
|
|
|
|
Pasir
|
(%)
|
3,49
|
Liat
berdebu
|
Debu
|
(%)
|
43,68
|
|
Liat
|
(%)
|
52,83
|
|
Bobot
isi
|
(gr/cm3)
|
1,14
|
|
kedalaman
|
(cm)
|
20
|
|
Perhitungan
Diketahui:
luas tanah= 10000m2 ; bobot isi= 1,14 gr/cm3 ; kedalaman=
20 cm
N total= 0,59% ; P2O5=
43,66 ppm
Ditanya: berat tanah, N dan P2O5
?
Berat
tanah = luas tanah x bobot isi x
kedalaman
= 10000 m2 x x 20 cm
=10000 m2 x x 20 cm
= 108 x 22,8 gr
tanah / ha
= 105 x 22,8 kg
tanah / ha
N
total = 0,59%
59
kg N ≈ 10000 kg tanah
N
≈ 105 x 22,8
kg tanah
=
= 13.452 kg N dalam 105
x 22,8 kg tanah
P2O5 = 43,66 ppm
= = 0,004366%
= 4366 x 10-6
4366
x 10-6 kg P2O5 ≈ 100 kg tanah
P2O5
≈
105 x 22,8 kg tanah
=
= 9.954,48 kg P2O5
dalam 22,8 kg tanah
Hasil
Analisis Tanaman
a.
Analisis N
Perhitungan
Diketahui:
Volume titar contoh (Vc)= 1,6 ml; Volume blangko= 0; N H2SO4=
0,0821; berat contoh (w) = 250 mg; FK= 1
Ditanya:
N % ?
N
% =
(Vc –Vo) x N H2SO4 x 14 x
x 14 x x FK
= 1,6 x 0,0821 x 14 x 5 x x 1
= 3,67808 %
b.
Analisis P
Std P
|
ABS
|
Cons
|
0
|
0
|
1.392246
|
10
|
0.013
|
8.602538
|
25
|
0.042
|
24.68704
|
50
|
0.088
|
50.20038
|
100
|
0.178
|
100.1178
|
Slope
|
0.001803
|
|
Intercept
|
-0.00251
|
|
Kel. 4
|
0.073
|
41.88081
|
Perhitungan
Diketahui: cons= 41,88081; vol.ekstrak= 1 ml; berat
contoh (w)= 1 gr; FP= 1; FK= 1
Ditanya: P % ?
P (ppm) = cons x x FP x FK
= 41,88081 x x 1 x 1
= 41,88081 ppm
P % =
= 0,0041 %
c.
Analisis K
Std K
|
ABS
|
Cons
|
0
|
0
|
-0.4355
|
5
|
0.22
|
5.0024
|
10
|
0.44
|
10.4402
|
15
|
0.64
|
15.3837
|
20
|
0.83
|
20.0800
|
25
|
1.01
|
24.5292
|
Slope
|
0.040457
|
|
Intercept
|
0.017619
|
|
Kel. 4
|
0.93
|
22.5518
|
Perhitungan
Diketahui: cons= 22,5518; vol.ekstrak= 1 ml; berat
contoh (w)= 1 gr; FP= 1; FK= 1
Ditanya; K % ?
K (ppm) = cons x x FP x FK
= 22,5518 x x 10 x 1
= 225,518 ppm
K % = = 0,0225 %
IV. 2. Pembahasan
Analisis
tanah
Berdasarkan hasil
analisis tanah, menunjukkan bahwa tanah yang ada di sekitar area Fakultas
Pertanian di dominasi oleh liat. Tanah yang didominasi oleh liat umumnya sulit
menyerap air, teksturnya cenderung lengket saat basah, dan membentuk gumpalan
keras saat kering, sehingga kurang cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Jika
akan dijadikan lahan pertanian, maka sesuaikan jenis tanaman yang akan di
tanam, seperti tanaman tahunan. Selain itu, harus ada penambahan unsur hara dan
bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah karena umumnya tanah yang
bertekstur liat ini miskin unsur hara.
pH
tanah
Keadaan pH tanah di
sekitar area Fakultas Pertanian tergolong sangat masam. Keadaan ini disebabkan karena komplek
pertukaran pada permukaan koloid
dan larutan tanah didominasi
oleh kation asam terutama kation Al+++ sehingga pH tanah rendah.
Keadaan ini juga didukung oleh
hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kebeadaan Al yang
cukup tinggi. Dijelaskan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa pada tanah yang bereaksi masam, Al menjadi sangat larut dan merupakan
penyebab kemasaman atau penyumbang
ion H+. Ion H+ yang dibebaskan
tersebut menyebabkan pH tanah rendah bagi larutan tanah.
Kandungan
C Organik
Berdasarkan hasil analisis laboratorium
menunjukkan bahwa kandungan C organik tanah tergolong sangat tinggi). Bahan
organik tanah adalah seluruh karbon di dalam tanah yang berasal dari sisa
tanaman/tumbuhan dan hewan yang telah mati. Kebanyakan sumber bahan organik
tanah adalah jaringan tanaman/tumbuhan. Berbeda sumber dan jumlah bahan organik
tersebut akan berbeda pula pengaruhnya terhadap bahan organik yang disumbangkan
ke dalam tanah.
Kandungan N Total
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa
kandungan N total tanah tergolong tinggi. Keadaan ini disebabkan karena
vegetasi penyumbang bahan organik ke dalam tanah, kaya akan kandungan unsur N,
serta suplai bahan organik dari vegetasi yang tumbuh di atas tanah tersebut telah
mengalami dekomposisi lanjut. Dikemukakan oleh Nyakpa dkk, (1988) bahwa lapisan
olah tanah umumnya mengandung 0,02 – 0,40 % N. Banyaknya kandungan N tanah
tersebut tergantung dari keadaan lingkungannya seperti iklim dan macam
vegetasi. Vegetasi yang tumbuh diatas tanah dan kecepatan dekomposisinya merupakan
faktor penyebab perubahan terhadap kandungan N dalam tanah.
Kandungan P Tersedia
Berdasarkan analisis tanah kandungan p tersedia tergolong sangat
tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pada tanah ber
pH rendah ketersediaan P rendah karena akan bereaksi dengan Al dan Fe sehinngga
membentuk senyawa Al-P dan Fe-P yang relative kurang larut, sehingga P tidak
dapat diserap oleh tanaman. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kandungan P
pada bahan organik cukup tinggi yang banyak menyumbang dalam ketersediaan P
dalam tanah. Pada kondisi P tersedia yang tinggi, tanaman tidak akan mangalami
defisiensi unsur hara P sehingga pertumbuhan dan perkembangannya berjalan
dengan baik.
Kation-kation Basa
dapat Ditukar
Berdasarkan analisis tanah, menunjukkan bahwa kation basa yang
dapat dipertukarkan seperti K, Na dan Ca tergolong rendah, sedangkan Mg
tergolong sedang. Keadaan ini disebabkan karena mineral penyusun tanah
tersebut miskin akan kandungan kation-kation
basa, disamping itu juga dapat disebabkan karena di daerah Pontianak memiliki
curuh hujan yang tinggi, sehingga kation-kation basa tersebut telah mengalami
pencucian. Seperti yang dinyatakan oleh Anna Yulius dkk (1985) bahwa pada tanah
muda dimana pelapukan belum lanjut dan pencucian relative kecil, maka kation
basa seperti Ca dan Mg merupakan kation yang banyak menduduki permukaan koloid,
namun apabila pelapukan telah lanjut dan pencucian yang besar karena curah
hujan yang tinggi, jumlah kation-kation basa berkurang dan mineral yang
mengandung kation-kation basa tersebut akan lenyap karena pencucian. Disamping
karena faktor kandungan mineral dan proses pencucian, juga dapat disebabkan
karena kation-kation basa tersebut berkurang karena diserap oleh tanaman dan
tumbuhan (terangkut panen), dan tidak dilakukan pengembalian kation basa baik
melalui pemupukan maupun pengapuran.
Kapasitas
Tukar Kation (KTK)
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa KTK
tergolong tinggi. Keadaan ini disebabkan karena partikel penyusun tanah
didominasi oleh liat yang memiliki permukaan koloid yang luas, sehingga KTK
tanah juga tinggi. Dijelaskan oleh Hakim dkk (1986) bahwa besarnya KTK tanah
dipemgaruhi oleh sifat dan ciri tanah tersebut yaitu: pH tanah, tekstur atau
jumlah liat, jenis mineral liat dan bahan organik.
Kejenuhan Basa (KB)
Berdasarkan
hasil analisis tanah, menunjukkan bahwa kejenuhan basa tanah tergolong rendah.
Seperti dikemukakan oleh AnnaYulius dkk. (1985) bahwa kejenuhan
basa menggambarkan proporsi nisbi basa dapat dipertukarkan pada koloid tanah.
Pada tanah di daerah yang telah mengalami pelapukan lanjut, sebagian
besar dari komplek pertukaran pada permukaan koloid
diduduki oleh kation Al. Selanjutnya dinyatakan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa
persen KB merupakan perbandingan antara jumlah miliekuivalen kation
basa dengan miliekuivalen KTK,
bila KB tanah tergolong rendah, maka kation Al merupakan kation yang dominan terjerap pada permukaan koloid.
Analisis Tanaman
Nitrogen pada Daun
Nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman yang diserap dalam bentuk
amonium (NH4+) dan nitrat (N03-), dan
sebagian besar diserap dalam bentuk
nitrat (N03-). Nitrat bermuatan negatif
sehingga selalu berada
dalam larutan tanah
dan mudah diserap oleh
tanaman namun lebih
mudah juga tercuci.
Sebaliknya amonium bermuatan positif
sehingga terikat oleh kaloid tanah,
dan tidak mudah tercuci. Amonium baru dapat
dimanfaatkan oleh tanaman melalui pertukaran ion
Menurut Rosmarkan dan Yuwono (2002),
bagian tanaman yang berwarna hijau mengandung N protein terbanyak dan meliputi
70% - 80% dari N total tanaman. Nitrogen asam nukleat terdapat sekitar 10% dan
asam amino terlarut hanya sebanyak 5% dari total dalam tanaman. Berdasarkan uji
laboratorium didapatkan N jaringan tanaman sebesar 3,67 %. Nilai tersebut
sangat tinggi bila dibandingkan dengan kebutuhan N oleh tanaman. Nitrogen dalam
jaringan tanaman berperan dalam
pembentukan protein. Pembentukan protein yang baik mengakibatkan
klorofil pada tanaman tinggi sehingga laju fotosintesis tanaman meningkat
Fospor
pada Daun
Phosphor mempunyai kegunaan yang penting bagi
pertumbuhan tanaman karrena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar
terutama pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan
buah. Fospor merupakan unsur hara yang mobil pergerakannya di dalam jaringan
tanaman. Unsur P terdapat di seluruh sel hidup tanaman yang menyusun jaringan
tanaman seperti asam nukleat, fosfolipida dan fitin. Jaringan tanaman P
berperan dalam hampir semua proses reaksi biokimia.
Konsentrasi P dalam tanaman umumnya antara 0,1%
sampai 0,4%. Dari hasil pengamatan
didapatkan kandungan P dalam jaringan sebesar 0,0041% dalam hal ini kandungan P
jaringan tanaman termasuk kahat atau defisien. Gejala yang timbul akibat
kekurangan unsur P adalah hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun,
batang. Daun berubah menjadi berwarna hijau tua/keabu-abuan, mengkilap, sering
pula terdapat pigmen merah pada daun bagian bawah, selanjutnya mati.
Tangkai-tangkai daun kelihatan lancip-lancip. Pembentukan buah jelek, sehingga
dapat mengurangi hasil. Hal ini dapat diatasi
dengan menambahkan unsur hara melalui pemupukan, agar nantinya tanaman dapat
berproduksi tinggi.
Kalium pada Daun
Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Kalium
di dalam tanah ada dalam berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk
setiap tanaman berbeda-beda. Ion-ion K+ di dalam air tanah dan ion-ion K+ yang
di adsorpsi, dapat langsung diserap. Di samping itu tanah mengandung juga
persediaan mineral tertentu dalm bentuk berbagai macam silikat, dimana kalium
membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim. Persediaan mineral dalam
bentuk kalium ini terutama penting bagi tanah liat dari laut yang masih muda.
Bertambah banyak persediaan liat di dalam tanah, maka akan lebih banyak pula
kalium di bebaskan sebagai akibat dari pengaruh iklim yang diserap oleh
tanaman.
Dari hasil pengamatan didapatkan kandungan K
jaringan dalam tanaman sebesar 0,02 %. Dalam
hal ini kandungan K dalam tanaman termasuk dalam keadaan defisien atau
kekurangan. Hal ini di pengaruhi faktor suhu, kelembaban tanah, kandungan bahan
organik, pupuk kandang maupun pupuk buatan, hasil fiksasi dan limbah industri.
Namun, keberadaan K juga dipengaruhi oleh banyak hal yang membuat unsur
tersebut kurang untuk tanaman, misalnya karna pencucian atau pelindian dan
terikat oleh unsur lain yang menyebabkan tanah masam tau tidak dapat diserap
oleh akar tanaman (Altieri 2010). Hakim (2006),
menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan
dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh
tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.
IV. 3. Penentuan Dosis Pupuk
Untuk menentukan
dosis pupuk pada tanaman jeruk dapat dihitung berdasarkan bobot tanah.
Nitrogen:
Berdasarkan hasil analisis tanah, N
total dalam tanah sudah tinggi yaitu 0,59%, maka penambahan pupuk nitrogen
tidak di perlukan lagi.
Fospor:
Berdasarkan hasil analisis tanah, P
tersedia dalam tanah sangat tinggi yaitu 43,66 ppm, jadi penambahan pupuk
fospor tidak diperlukan lagi.
Kalium:
Berdasarkan hasil analisis tanah, K
tertukar dalam tanah rendah yaitu 0,25. Sedangkan standar untuk K adalah 0,3.
K yang perlu ditambahkan = 0,3-0,25 = 0,05 Cmol kg-1
Kadar K yang perlu ditambahkan = 0,05% x
berat tanah
= x 2.280.000
= 1.140 kg K
= 1,14 ton K
Kadar pupuk K pupuk KCl = 60%
Jadi, kebutuhan pupuk
KCl = x 1.140 kg/ha
= 684 kg KCl.
BAB V. PENUTUP
V. 1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat
kesuburan tanah aluvial berkisar antara sedang sampai tinggi
2.
Berdasarkan hasil analisis tanah dan
tanaman pupuk yang perlu ditambahkan adalah KCl sebanyak 684 kg
V. 2. Saran
Diharapkan
untuk praktikum selanjutnya analisis tanah harus dilakukan dari awal sesuai
dengan prosedur yang ada supaya mahasiswa lebih mengerti mengenai
langkah-langkah dalam melakukan teknik analisis tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim,
N., M.Y. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.R. Saul., M.A. Diha., G.B.
Hong., dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-
Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Unila
http://digilib.unila.ac.id/985/4/BAB%20II.pdf
(diakses pada 20 Desember 2015)
http://eprints.uny.ac.id/9381/3/BAB%202%20-%2005308141018.pdf
(diakses pada 20 Desember 2015)
http://eprints.uny.ac.id/9381/3/BAB%202%20-%2005308141018.pdf
(diakses pada 20 Desember 2015)
http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/jurnal_pdf/193/liferdi_analisis_manggis.pdf
(diakses pada 20 Desember 2015)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17726/3/Chapter%20II.pdf
(diakses pada 20 Desember 2015)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26490/4/Chapter%20II.pdf
(diakses pada 20 Desember 2015)
http://web.ipb.ac.id/~erizal/mektan/KLASIFIKASI%20TANAH.pdf
(diakses pada 20 Desember 2015)
Rosmarkam
A, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
Dokumentasi
Pratikum
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar